Beranda | Artikel
SIAPAKAH SURURI?
Rabu, 28 Desember 2022

Pertanyaan: Kapan seseorang dianggap termasuk orang-orang yang keluar dari manhaj Salaf, dengan arti bahwa dia bukan seorang Salafi? Benarkah jika kita berkata : Si Fulan beraqidah Salafi, bermanhaj Ikhwani?

Jawaban : Siapapun tidak berhak, baik seorang alim atau thalibul ilmi (penuntut ilmu) untuk memasukkan orang yang dikehendaki ke dalam Salafiyyah dan mengeluarkan darinya. Karena Salafiyyah bukanlah perusahaan (PT) yang memiliki saham, dan bukan organisasi gotong-royong, juga bukan hizb (kelompok) yang mengusir dan memisahkan (orang yang tidak disukai).

Salafiyyah adalah Islam. Tidaklah seorangpun mampu untuk mengeluarkan orang lain dari Islam. Seorang tidak akan keluar dari Islam kecuali dengan kekafiran, atau dengan mengingkari perkara yang sudah diketahui secara pasti dari agama. Seseorang tidak keluar dari Islam kecuali dengan perkara-perkara yang menyebabkan kekafirannya sebagaimana disebutkan oleh para ulama.

Tetapi jika adaorang yang salah, atau menyelisihi kebenaran di dalam masalah-masalah dan kaedah-kaedah manhaj Salaf, kita (dapat) mengatakan : Si Fulan menyelesihi manhaj Salafi, atau Si Fulan meyelisihi aqidah (yang benar) atau Si Fulan menyelesihi apa yang ada pada Salaf.

Adapun jika ada orang yang ridha dengan aqidah Salaf, tetapi tidak ridha dengan manhaj Salaf, maka ini tidak didapati di dalam manhaj Salaf.

Salafi haruslah mengikuti Salaf dari ujung kepalanya sampai ujung kakinya. Salafi haruslah mengambil seluruh agama. Dia harus ridha dengan aqidah Salaf, ridha dengan manhaj Salaf, berakhlak dengan ahlak Salaf, mengamalkan hukum-hukum Salaf, inilah Salafi. Karena Allah telah berfirman.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

Hai oran-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam silm (Islam) keseluruhannya. [Al-Baqarah/2 : 208]

Maka kita tidak mengenal seorang Salafi yang ridha atau mengakui aqidah Salaf, tetapi dia mengambil manhaj-manhaj hizbiyyah (ta’ashub kepada kelompok). Dia tidak memandang kecuali dari hizbiyyah. Tidak mendekati kecuali kepada anggota-anggota hizb (kelompoknya), tidak memberikan wala (kecintaan dan pembelaan) kecuali di dalam hizbnya, tidak mencintai kecuali di dalam hizbnya. Membenci orang lain yang bukan dari kelompoknya, walaupun orang itu termasuk orang yang paling shalih dan paling benar serta paling mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan petunjuk para sahabatnya. Perbuatan menyesuaikan seperti ini tidaklah dakui oleh manhaj Salafi.

Ketika kita menyebut manhaj Salafi, maka hal ini merupakan alamat yang meiputi aqidah, perilaku dan muamalah, dan seluruh perkara yang berhubungan denga Islam, hokum-hukumnya dan kaedah-kaedahnya.

Tetapi sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah sifat Allah semata, dan sifat maksum (terjaga dari kesalahan) hanyalah bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tidaklah mewajibkan seorang Salafi itu bersih dari seluruh cacat, bersih dari seluruh ketergelinciran, dan jauh dari seluruh kesalahan.

Tetapi ada perbedaan antara orang yang keliru karena salah memahami, dengan orang yang mengambil manhaj yang memusuhi (menyelisihi) manhaj Salaf, membelanya, mendakwahkannya, membenarkan wala karenanya dan memusuhi karenanya. Wabillahit taufiq.

Pertanyaan:
Kita telah tahu bahwa dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang bersih dan benar. Tetapi sangat disayangkan telah datang pencemaran nama dan keburukan dari fihak lain. Seperti dari Sururiyyin (para pengikut Surur). Maka bagaimanakah Sururiyah (pemahaman Surur) itu? Dan apakah kaedah-kaedah dan prinsip-prinsip faham Sururiyah itu, agar kita dapat mengetahui dan menghukuminya?

Jawaban

Sururiyah (pemahaman Surur) adalah Jamaah Hizbiyyah. Muncul pada tahun-tahun terakhir ini. Tidak dikenal kecuali pada seperempat akhir abad ini. Karena semenjak dahulu hingga sekarang, ia berselimut Salafiyyah.

Pada hakekatnya, Sururiyah memiliki prinsip-prinsip Ikhwanul Muslimin, bergerak secara sirriyah (sembunyi-sembunyi/rahasia). Merupakan pergerakkan politik, takfir, mencela dan menyindir para ulama Rabbaniyyin, seperti Imam-imam kita yang tiga: Bin Baaz, Al-Albani dan Utsaimin. Menuduh mereka sebagai ulama haidh dan nifas. Setelah perang Teluk II serangannya terhadap dakwah Salafiyyah secara terang-terangan, bertambah keras baik secara aqidah dan pemberitaan. Sampai menuduh para masyayikh dan ulama kita bahwa mereka tidak mengetahui waqi’ (situasi dan kondisi/kenyataan), ilmunya dalam perkara nifas dan wanita-wanita nifas. Mereka sesuai dengan ahli bid’ah zaman dahulu, yang mengatakan: Fiqh (Imam) Malik, Auzai dan lainnya tidak melewati celana perempuan.

Alangkah besar dosanya. Kalimat yang keluar dari mulut mereka.

Orang yang tidak menghormati para ulama, dia adalah para penyeru fitnah. Orang-orang yang merendahkan Al-Albani, Bin Baz dan Utsaimin di zaman kita, maka dia tenggelam (di dalam kesesatan), pembuat fitnah, dia berada di pinggir jurang yang dalam. Karena dia berkehendak memalingkan wajah manusia kepadanya dan menghalangi manusia dari para ulama dan imam mereka yang Rabbani.

Sehingga walaupun mereka mengaku beraqidah Salafiyyah, tetapi manhaj mereka Ikhwani. Bahkan (mungkin) mereka lebih berbahaya dari Ikhwanul Muslimin, karena mereka berbaju Salafiyyah.

Kita memohon kepada Allah Taala agar mereka diberi petunjuk menuju jalan yang lurus, dan agar kelak mereka bersama dengan Salafiyyah yang murni, yang para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabiin berada diatasnya. Wabillahi taufik

Tambahan Redaksi :

Sururiyah adalah nisbat kepada seseorang yang bernama Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin. Dia pernah menjadi guru di Arab Saudi dalam waktu yang cukup lama, sehingga memungkinkan menjalankan rencananya dan menyebarkan racunnya di tengah-tengah para pemuda. Tetapi setelah nampak keburukan niatnya, dia pergi, lalu bermukim di kota London, Inggris, sebuah negara kafir.

Di antara kesesatan dan penyimpangan Muhammad Surur ini adalah:

  1. Merendahkan Kitab-Kitab Aqidah Salafiyyah Dan Berlebihan Dengan Fiqhul Waqi.

Dia berkata di dalam bukunya, Manhajul Ambiya fi Dakwah Ila Allah I/8: “Aku memperhatikan kitab-kitab aqidah, maka aku lihat kitab-kitab itu ditulis bukan pada zaman kita. Sehingga kitab-kitab itu sebagai solusi berbagai permasalahan dan kemusykilan pada zaman ditulisnya kitab-kitab tersebut. Sedangkan pada zaman kita terdapat berbagai kemusykilan yang membutuhkan solusi yang baru. Kerena itulah model kitab-kitab aqidah itu sangat kering, karena hanya berisi nash-nash dan hokum-hukum. Karena inilah kebanyakan pemuda berpaling darinya dan tidak menyukainya”.

Perkataan orang ini tentulah sangat menyesatkan, karena kitab-kitab aqidah yang berisi nash-nash dan hukum-hukum merupakan kebenaran hakiki. Sedangkan berpaling darinya akan menjerumuskan kepada pendapat si Fulan dan Fulan yang tidak jelas kebenarannya.

  1. Beraqidah Takfir bil Mashiyah, Yaitu Mengkafirkan Kaum Muslimin Dengan Sebab Maksiat.

Dia mengkafirkan para penguasa zhalim, sehingga dia banyak mencela para penguasa dan menerjuni medan politik ala Barat!

Dia berkata di dalam majalahnya yang terbit di London, majalah As-Sunnah no: 26, Jumadal Ula 1413H, hal: 2-3 [1] : Dizaman ini perbudakan memiliki tingkatan-tingkatan yang berbentuk piramida:

  • Tingkatan Pertama : Presiden Amerika Serikat, George Bush, duduk bersila di atas singgasananya, yang besok akan diganti Clinton.
  • Tingkatan Kedua : Tingkatan penguasa negara-negara Arab. Mereka ini berkeyakinan bahwa kebaikan dan bahaya mereka di tangan Bush [2]. Oleh karena inilah mereka berhajji kepada (mengunjungi) nya, serta mempersembahkan nadzar-nadzar dan kurban-kurban [3]
  • Tingkatan Ketiga : Para pengiring penguasa negara-negara arab, dari kalangan menteri, wakil menteri, komandan tentara, dan para penasehat. Mereka ini bersikap nifaq kepada tuan-tuan mereka, menghias-hiasi segala kebatilan dengan tanpa malu dan ahlaq.
  • Tingkatan Keempat, Kelima dan Keenam: Para penjabat tinggi pada kementerian. Sesungguhnya perbudakan pada zaman dahulu sederhana, karena seorang budak memiliki seorang tuan secara langsung, tetapi sekarang perbudakan itu kompleks. Aku tidak habis fikir, tentang orang yang membicarakan tauhid, tetapi mereka adalah budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak, yang dimiliki oleh budak-budak. Tuan mereka yang akhir adalah seorang Nashrani [4].

Perkataan orang ini dengan jelas menunjukkan kesesatan dan kedustaan yang nyata!.

  1. Juga Mengkafirkan Rakyat Karena Maksiat Yang Mereka Lakukan.

Dia berkata di dalam bukunya, Manhajul Ambiya Fi Dakwah ila Allah I/158: Tidaklah aneh jika problem laki-laki mendatangi laki-laki (homo seksual) merupakan permasalahan paling penting di dalam dakwah Nabi Luth Alaihissallam. Kerena seandainya kaumnya menyambut dakwahnya untuk beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, maka sambutan mereka itu tidak ada maknanya, jika mereka tidak meninggalkan kebiasaan keji yang telah mereka sepakati itu.

Itulah aqidah sesat Surur! Adapun aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah terhadap pelaku dosa besar telah mansyur, yaitu tidak keluar dari iman, tetapi imannya berkurang, dan dia dikhawatirkan terkena siksaaan Allah Taala.

  1. Memusuhi Dan Mencela Para Ulama Ahlus Sunnah As-Salafiyyin.

Dia berkata di majalahnya yang terbit di London, Majalah As-Sunnah no. 23, Dzulhijjah-1412 H hal. 29-30: Dan jenis manusia yang lain [5] mengambil [6] dan mengikatkan sikap-sikap mereka dengan sikap para tuan mereka [7]. Maka jika sang tuan minta bantuan Amerika [8], para budak pun berlomba mengumpulkan dalil-dalil yang membolehkan perbuatan ini, dan mengingkari orang-orang yang menyelisihi mereka. Jika sang tuan berselisih dengan Iran Rafidhah, para budakpun membicarakan kebusukan Rafidhah. Dan jika perselisihan berhenti, para budakpun diam dan berhenti membagikan buku-buku yang diberikan kepada mereka. Jenis manusia ini: mereka berdusta, memata-matai, menulis laporan-laporan, dan melakukan segala sesuatu yang diminta oleh sang tuan kepada mereka. Mereka ini jumlahnya sedikit -al-hamdulillah-, mereka adalah orang-orang asing di dalam dakwah dan amal islami. Dokumen mereka telah terbongkar, walaupun mereka memanjangkan jenggot, memendekkan pakaian, dan menyangka sebagai penjaga sunnah. Adanya jenis manusia tersebut tidaklah membahayakan dakwah Islam. Kemunafikan sudah ada sejak dahulu.

Alangkah sesatnya perkataan ini, karena memperolok-olok sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat membawa kepada kekafiran! Membenci ulama Ahlus Sunnah adalah ciri utama Ahli Bidah!

Dan kesesatan-kesesatan lainnya.

Lihat:

  1. Fitnah Takfir Wal Hakimiyah, hal: 93, Karya: Muhammad bin Abdullah Al-Husain.
  2. Al-Ajwibah Al-Mufidah An As-ilah Al-Manhaji Al-Jiddah, Bagian Pertama hal. 45-48
  3. Nazharat Fi Kitab Manhajul ambiya Fi Dakwah ila Allah, karya : Syaikh Ahmad Sallam.
  4. Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Farifuuha, karya: Abu Ibrahim Ibnu Sulthan Al-Adnani
  5. Al-Irhab, Karya: Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Makhdali.
  6. Dan lain-lain.
Peringatan:

Sebagian orang menuduh kami (redaksi dan ustad-ustad Salaf lainnya ,-pen) sebagai sururi, yakni mengikuti pemahaman sesat Muhammad bin Surur, kemudian mereka memperingatkan kaum muslimin agar menjauhi kami.

Padahal sifat-sifat sururi tidak ada pada kami. Bahkan sifat-sifat itu banyak melekat pada orang-orang yang telah menuduh.

Maka disini kami nasehatkan dengan beberapa ayat dan hadits tentang bahaya menyakiti kaum muslimin, dan memfitnah mereka dengan perkara yang tidak ada pada mereka. Semoga Allah Taala memberikan petunjuk-Nya kepada mereka sehingga segera kembali ke jalan yang benar. Ingatlah bahwa seluruh perkataan pasti akan dicatat dan tidak akan dilupakan!

Allah Taala berfirman:

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu usapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir [Qaf/50 : 17-18]

Ingatlah bahwa seluruh perkataan pasti dimintai pertanggung-jawaban!

Allah Taala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Al-Israa/17 : 36]

Ketahuilah bahwa menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, merupakan kebohongan dan dosa yang nyata!

Allah Taala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mumin dan muminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab/33 :58]

Ketahuilah bahwa satu kalimat saja dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat!.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنْ الْعَبْدِ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهِا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِ قِ وَالْمَغْرِبِ

Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dia fikirkan (baik atau buruknya) pada kalimat itu. Kalimat itu menyebabkan dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari timur dan barat. [HR. Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah].

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahaya tuduhan yang tidak benar dengan sabdanya:

لاَيَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ كَذَلِك

Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, dan tidaklah dia menuduh orang lain dengan kekafiran, kecuali tuduhan itu kembali kepadanya jika yang dituduh tidak seperti itu. [HR. Bukhari dari Abu Dzar].

Beliau juga memberitakan ancaman bagi orang yang membuat fitnah atas seorang mukmin dengan sabdanya:

وَمَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

Barangsiapa berbicara tentang seorang mukmin apa yang tidak ada padanya, niscaya Allah tempatkan dia di dalam lumpur racun penghuni neraka sampai dia keluar dari apa yang telah dia ucapkan, dan dia tidaklah akan keluar! [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Baihaqi, dari Ibnu Umar, di shahihkan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi di dalam Ruyah Waqiiyyah hal: 84]

Hendaklah saudara-saudaraku mengetahui, kalau hanya sekedar tuduhan, maka dengan sangat mudah setiap orang akan dapat melakukannya.

Tetapi hal itu bukanlah manhaj Salaf. Karena manhaj mereka adalah mengawasi apa saja yang muncul dari lisan, atau apa yang digerakkan oleh lisan, dan menegakkan hujjah terhadap setiap kalimat yang dibicarakan oleh bibir. Adapun melepaskan tuduhan-tuduhan, melepaskan istilah-istilah kasar, menyelinapkan prasangka-prasangka rusak, memunculkan gelar-gelar keji, semua itu merupakan kebatilan dan perkataan yang dusta.

Sesungguhnya Allah Taala mengetahui seluruh isi hati hamba-Nya terakhir, ingatlah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan segala yang telah dia dengar. [HR. Muslim di dalam Muqaddimah dari Hafsh bin Ashim]

_______

Footnote

[1]. Tidak ada hubungan sama sekali dengan majalah As-Sunnah kita ini

[2]. Bagaimana dia bisa memastikan aqidah mereka seperti itu? Apakah dia telah membedah dada mereka? Atau mereka memberitahukan kepadanya? Maha suci Engkau wahai Allah, sesungguhnya hal ini merupakan kedustaan yang besar!-red

[3]. Perkataan ini merupakan pengkafiran secara nyata kepada Penguasa yang zhalim! -red

[4]. Alangkah keji dan lancangnya perkataan yang ditujukan kepada para ulama yang dimuliakan oleh Allah Taala ,-red

[5]. Yang dimaksudkan adalah para ulama Arab Saudi ,-red

[6]. Yakni mengambil bantuan resmi

[7]. Yang dimaksud dengan tuan mereka disini adalah para penguasa Arab Saudi

[8]. Dia membicarakan masalah permintaan tolong kepada Amerika pada waktu perang teluk-red

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VI/1423H/2002]


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/manhaj/siapakah-sururi/